PENGARUH SUHU
TERHADAP PRODUKSI DAN TINGKAT KEMATIAN (Mortalitas)
BROILER DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
(Studi Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan
Kecamatan Guguk)
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
YOGI SEPTRIALDO,
A.Md
1111 3360 11
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PRODUKSI PERTANIAN
PPGT KOLABORATIF
JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK
PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
2012
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sub
sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor
ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap
pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub
sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek
yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan
yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan
produk-produk yang dapat bersaing dipasaran.
Sub sektor peternakan adalah penghasil utama komoditi daging, susu, dan
telur. Tiga komoditi ini menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan
khususnya di Indonesia.
Sejak
dahulu hewan ternak adalah sahabat manusia, kedekatan hubungan manusia dengan
hewan ternak tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Dari hewan-hewan ternak itulah manusia dapat bertahan hidup, sementara manusia
berjasa mengembang biakkan hewan ternak.
Dari hewan ternak manusia dapat mengambil aneka manfaat berupa daging,
telur, susu, kulit dll, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk bertahan
hidup, daging bermanfaat sebagai salah satu makanan bergizi yang mengandung
protein hewani yang bermanfaat bagi metabolisme tubuh, selain itu lemaknya juga
sangat bermanfaat.
Saat ini budidaya ayam broiler semakin digemari
karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan
sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya . Salah
satu sentra pembudidayaan ayam broiler di Indonesia adalah Kabupaten Lima Puluh
Kota. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skalapeternakan
kecil atau peternakan rakyat.
Sejak
tahun 70-an ayam ras pedaging atau banyak dikenal sebagai ayam broiler mulai
diternakkan secara intensif di Indonesia.
Ayam unggulan hasil persilangan berbagai bangsa ayam ini mendapat respon
pasar yang luar biasa, tingkat konsumsinya terus meningkat dari tahun
ketahun. Kondisi ini memunculkan
peternak-peternak broiler baru di berbagai daerah di Indonesia, sekarang ini
peternakan broiler hampir ada di setiap provinsi di dalam negeri.
Mengimbangi
tingginya permintaan, berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas ayam
broiler. Dilihat dari tahun ketahun
terus terjadi peningkatan peforma broiler, artinya waktu yang dibutuhkan
broiler untuk meningkatkan bobotnya semakin singkat (Christopher, 2011).
Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil
apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha
ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai
dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran.
Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik
untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan usahanya. Pengelolaan usaha ternak khususnya ayam broiler selalu
dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan
pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat
memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen yang diterapkan oleh peternak
haruslah efektif agar tujuan peternakan dapat tercapai.
Beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan
ayam broiler di Kabupaten Lima Puluh Kota menghadapi tingkat risiko produksi
yang cukup tinggi antara lain sumberdaya manusia, faktor alam (suhu), input
produksi, dan prosedur pelaksanaan kegiatan operasional. Akumulasi dari
beberapa faktor penyebab resiko tersebut terlihat dari berfluktuasinya tingkat
mortalitas ayam pada peternakan tersebut.
Prestasi ayam broiler dapat dicapai berdasarkan dua
faktor, yaitu: faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan bahan dasar ternak hasil
dari keturunan yang baik sedangkan lingkungan menurut Pringgoseputro dan
Srigandono (1990), berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan
fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkandangan dan
reproduksi organisme. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan dimana menurut
Brotowijoyo (1987) merupakan kondisi lingkungan yang tersusun dari temperatur,
presipitasi, tekanan barometer, kelembaban, arah dan kecepatan angin, awan yang
menutupi, dan sebagainya pada waktu dan tempat tertentu.
Pertambahan
bobot badan ayam dan
mortalitas lebih berkorelasi dengan suhu. Semakin tinggi suhu udara
maka pertambahan
bobot ayam akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan suhu udara yang tinggi dapat mengganggu
proses metabolisme di dalam tubuh broiler tersebut, yang menyebabkan kegagalan pengaturan suhu tubuhnya, maka tubuh broiler
akan menjadi panas. Akibat meningkatnya
suhu lingkungan, nafsu makan menurun dan konversi pakan
kurang baik, sehingga konsumsi pakan rendah.
Akibat rendahnya makanan yang masuk (intake),
maka kandungan zat protein yang dapat dimanfaatkanpun akan semakin rendah,
sehingga menyebabkan laju pertumbuhan terhambat dan bisa menyebabkan kematian
(Murtidjo, 1987).
Meningkatnya suhu merupakan beban biologis bagi broiler, karena
broiler tidak memiliki kelenjar keringat, akibatnya timbunan panas di dalam
tubuh hanya bisa dikurangi dengan suatu penguapan lewat pernapasan. Hal ini bisa diamati pada tingkah laku
broiler tersebut. Broiler yang tubuhnya
terlalu panas, secara biologis akan menetralkan suhu tubuh dengan jalan membuka
mulutnya terus menerus. Efek panas dapat dilihat dari keadaan mangap-mangap
pada broiler dan selalu ingin minum. Pengaruh
lanjutannya adalah lantai litter yang selalu basah dan suasana lembab di dalam
kandang yang mengakibatkan tingginya kadar amoniak udara dalam kandang, dan juga merupakan media tumbuhnya bibit penyakit ( Rasyaf, 2007).
Pengaruh
suhu yang tidak baik pada ternak akan mengakibatkan perubahan status
fisiologis, yang disebut stress atau cekaman.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Suhu
Terhadap Produksi Dan Mortalitas Broiler Di Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi
Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)”
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data produksi peternakan, resiko
produksi merupakan risiko yang berpengaruh signifikan bagi peternak. Akan
tetapi penanganan untuk risiko produksi masih jauh dari sempurna, hal ini
terlihat dari fluktuasi produktifitas yang cukup signifikan. Perubahan suhu yang tidak menentu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu
udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab.
Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar
karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi
seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan stress yang bisa mencapai kematian
dengan tingkat mortilitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk
pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar 180-210C (Rasyaf
2007).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah–masalah
sebagai berikut :
1.
Berapa besar pengaruh suhu terhadap produksi
dan tingkat kematian (mortalitas)
broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?
2.
Bagaimana alternatif strategi yang
diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan
Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengidentifikasi besarnya pengaruh suhu
terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas)
broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
2.
Menganalisis alternatif strategi yang
diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan
Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
I.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peternak
Dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran
kepada peternak sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi jalannya usaha
atau mengembangkan usaha peternakan.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan
dan salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Diploma IV di Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai
salah satu pedoman untuk memperluas informasi dan referensi dalam melakukan
penelitian.
I.5. Hipotesis
Penelitian
Perbedaan suhu berpengaruh terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas) ayam broiler dan perubahan
suhu tidak berpengaruh terhadap produksi dan mortalitas ayam broiler.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Karakteristik
Broiler
Broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara sampai umur
delapan minggu. Broiler yang baik adalah yang pertumbuhannya cepat, warna bulu
putih mempunyai ukuran dan korfirmasi yang seragam, dengan ciri-ciri kaki
pendek dan badan gemuk. Aktifitas sehari-hari hanya makan dan minum serta
istirahat, malas bergerak sehingga tubuh broiler ini cepat besar sesuai dengan
pertumbuhannya, (Rasyaf, 2002).
Secara genetis broiler
sengaja diciptakan dengan sedemikian rupa, sehingga dalam waktu yang relatif
singkat dapat segera dimanfaatkan hasilnya.
Bibit broiler yang baik mempunyai ciri: sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat),
bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta
lubang kotoran (anus) bersih. Broiler
yang baik adalah yang pertumbuhannya cepat, warna bulu putih mempunyai ukuran
dan konfirmasi yang seragam, dengan ciri kaki pendek dan badan gemuk. Aktifitas
sehari-hari hanya makan dan minum, serta istirahat sehingga tubuh broiler cepat
besar sesuai dengan pertumbuhannya ( Rasyaf, 2003).
Salah satu
faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pemeliharaan broiler adalah
faktor lingkungan. Lingkungan pemeliharaan yang nyaman akan mengurangi level
stress pada broiler. Daya tahan tubuh broiler akan lebih baik dalam lingkungan
yang tidak berdebu, cukup oksigen, suhu yang seimbang dan tidak terlalu padat.
Faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan broiler adalah pakan. Pakan merupakan 60-70% biaya pemeliharaan.
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (Nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian
pakan dengan sistem adlibitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila
menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut
tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein
minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang
memakai pakan berkadar protein 20 %. Efisiensi pakan dinyatakan dalam
perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah
pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Penyakit juga sangat
menentukan dalam keberhasilan pemeliharaan broiler. Broiler yang terserang
penyakit akan memicu mortalitas yang tinggi sehingga menyebabkan kerugian
usaha. Vaksinasi perlu dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit
menular seperti ND, IB, dan Gumboro. Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit
yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.
II.2. Suhu
Ternak
dalam kehidupannya secara fisik dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan
fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yang secara langsung
diterima oleh ternak antara lain, dari tanah, temperatur, sinar matahari, kelembaban
dan juga angin. Untuk mempertahankan
diri dari lingkungan yang mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, maka
ternak akan memproduksi panas. Panas
tersebut akan menggantikan panas yang hilang akibat penyesuaian suhu tubuh
ternak.
Ternak
akan melepaskan panas untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya
melalui radiasi, konveksi, konduksi, evaporasi dan metabolisme. Perpindahan
energy yang dikeluarkan ternak pada lingkungannya sesuai dengan panas yang
dihasilkan (Hafez. By. E.S.E, 1968).
Hort dan Mathur (1989) kendala umum
yang dihadapi oleh ternak khususnya di daerah tropis yaitu stres panas, yang
mengakibatkan pengaruh secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh secara
langsung reaksinya melalui stres terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh,
sedang secara tidak langsung terhadap kualitas pakan pada ayam kemudian
menyusul reaksi tubuh terhadap kemampuan menjaga fungsi-fungsi normal tubuh
terutama dalam hal produksi maupun penampilan produksi (secara individu), yang
dikenal dengan istilah adaptasi produktif (Productive Adaptability). Ayam broiler termasuk ternak yang peka
terhadap suhu lingkungan, menurut Winter dan Fungk (1966) suhu 10 °C – 32 °C
masih ditolerir oleh ayam, sedangkan suhu optimal untuk pemeliharaan broiler
menurut Prince et al (1961), Reece dan Deaton (1981) dan Rozany (1982)
yang dikutip dari Bona Pinto (2011) adalah diantara 15 °C – 27 °C. Berdasarkan Micro Climate di Indonesia,
suhu rata-rata daerah dataran rendah berkisar antara 23 °C – 35 °C dan 20 °C –
30 °C untuk daerah dataran tinggi (Nasroedin, 1985).
Broiler dapat tumbuh pada suhu 16-260C, dengan kelembaban sedang (Rh 60-70%). Suhu optimal untuk pertumbuhan
broiler adalah 210C. Kabupaten
Limapuluh Kota beriklim tropis, keadaan suhu lingkungan sepanjang hari tidak
begitu berbeda, yaitu berkisar pada suhu 210-290C .
Perbedaan antara siang dan malam hari berkisar antara 3-50C (Atamou,
2008).
II.3. Usaha Peternakan Broiler
Peternakan broiler akhir-akhir ini
berkembang dengan pesatnya, karena didukung oleh faktor yang sangat
menjanjikan. Banyak
pelaku usaha dalam menjalankan usaha peternakan
broiler memakai sistem mandiri maupun plasma. Beberapa alasan peternak
untuk terus menjalankan usaha ini antara lain, jumlah permintaan daging ayam
yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan input
produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik
tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan broiler ini.
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan.
Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah
populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah
peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor
per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah peternak yang
membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode.
Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari
pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini
menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau
pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan
atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada peternakan broiler di Kabupaten Lima Puluh Kota (Kecamatan
Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk). Pemilihan lokasi penelitian ini
dilakukan dengan sengaja untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap produksi dan mortlitas broiler
dan untuk menganalisis kecocokan daerah yang berbeda suhu untuk pemeliharaan
broiler. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2012.
3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan metode studi kasus (case
study), yaitunya dengan survey dan pengamatan langsung ke lapangan.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu
yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir mengenai kasus
tersebut. Data primer di diperoleh dari
pihak perusahaan mitra dan peternak mitra sebagai responden dengan teknik
wawancara langsung berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disediakan (quesioner). Sedangkan data sekunder
dihimpun dari berbagai lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
3.3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
|
|
|||||||
|
Gambar 1.
Bagan alir metode penelitian
3.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah melalui studi lapangan (data primer) dan studi
keperpustakaan (data sekunder).
3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer melalui
wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) yang berhubungan dengan suhu, manajemen pemeliharaan,
produksi, tingkat kematian (mortalitas),
keadaan kandang, usia kandang dan lain-lain.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota, buku-buku dan
jurnal penelitian sebelumnya, yang berhubungan dengan data populasi broiler di
Kabupaten Lima Puluh Kota (Kecamatan Situjuh Limo Nagari dan Kecamatan Guguk).
Pengambilan jumlah peternak didaerah penelitian
ditentukan secara proposional dan peternak contoh diambil secara acak sederhana
dari populasi yang ada (Sugiyono, 2000).
Ni
ni = n0
∑ Ni
Keterangan : ni = jumlah sampel dari masing-masing unit
n0 = jumlah
sampel/responden dari seluruh unit
Ni = jumlah populasi dari masing-masing unit
∑
Ni = jumlah populasi dari seluruh unit
3.5. Teknik Analisis Dan Metode Pengujian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan
diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Manfaat analisis data antara lain: untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap produksi dan mortalitas broiler
serta untuk
mengetahui kecocokan suatu daerah dengan yang berbeda suhu terhadap
pengembangan peternakan broiler.
Maka digunakanlah uji
signifikasi t Student dengan formulasi sebagai berikut (Sugiyono, 2000 dalam
Ilham 2012):
t hitung =
Keterangan:
t = nilai t hitung
=
tingkat keberhasilan sambung samping rata-rata sampel
=
besarnya sampel
=
standart deviasi
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 2005. Beternak
Ayam Pedaging. Kanisus. Jakarta
Anggraini PD.
2003. Analisis Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah Studi Kasus di Kelurahan
Kebun Pedes, Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Atamou, Olyvianus Krismanto. 2008. Apakah Suhu Kandang Pemeliharaan Berpengaruh
Langsung Terhadap Produksi Ayam Broiler. http://www.yahooanswer.com.
24 Juni 2008
Fadillah, et
al. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka
Brotowijoyo,
1987. Parasit Parasitisme. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Hafez. By. E.S.E, 1968. Adaptation of Domestic Animals.
Lea and Febiger. Philadelphia.
Horst P. dan Mathur P.K. 1989. Position of local fowl for
tropically oriented breeding activities. In genotip x environtment interaction
in poultry production. Edit, P. Merat, Jony. En-Josas (France) May 9 – 11.
P: 159 – 174.
Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Nasroedin,
1985. Poultry Hausing in Tropical Climate / Indonesia.
Pringgosaputro S. dan Srigandono B., 1990. Dalam
Terjemahan Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Rasyaf, M.
2002. Manajemen Peternakan Ayam
Broiler. PT Penebar Swadaya. Depok
Rasyaf, M. 2003. XXIV. Beternak
Ayam Pedaging. PT Penebar
Swadaya. Depok
Rasyaf, M. 2007.
Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sihombing.
DTH, dkk, 2000. Lingkungan Ternak. Universitas Terbuka. Jakarta.
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH
PERBEDAAN SUHU TERHADAP PRODUKSI DAN TINGKAT KEMATIAN (Mortalitas) BROILER DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
(Studi
Kasus di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)
|
Bagian
I
No Kuesioner :
Nama peternak :
Pendidikan
terakhir :
Umur peternak :
Alamat :
Pekerjaan :
Jumlah broiler
yang dipelihara:
Doc.............................. : ekor
Starter
......................... : ekor
Finisher........................ : ekor
Suhu lingkungan : 0C
Bentuk kandang :
Suhu kandang
(rata-rata) :
·
DOC
(0-1 minggu) : 0C
·
Starter
(1-2 minggu) : 0C
·
Finsher
(2-4 minggu) : 0C
Mulai berusaha : Tahun ........................
Lama
Pemeliharaan : hari
Jumlah Produksi : ………………….kg/panen/periode
Jumlah kematian : ekor/panen/periode
Hal apa yang
diterapkan dalam penanggulangan perubahan suhu kandang, seperti:
Musim hujan : 1.................................
2.................................
3.................................
4.................................
5.................................
Musim kemarau : 1.................................
2.................................
3.................................
4.................................
5.................................
Bagian II
Pernyataan pada poin II (pernyataan yang berkaitan dengan
faktor internal dan eksternal yang merupakan tolok ukur untuk menentukan besar
pengaruh perbedaan suhu terhadap produksi dan mortalitas broiler). Oleh karena
itu bapak/ibuk dimohon untuk memberikan tanda cek (Ö)
pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda).
Pernyataan
|
Sangat
setuju
|
Setuju
|
Netral
|
Tidak
setuju
|
Sangat
tidak setuju
|
Saya mempunyai kandang panggung dan terbuka (open house) karena merupakan persyaratan dari perusahaan
mitra
|
|
|
|
|
|
Saya membangun kandang panggung dan terbuka (open house) agar sirkulasi udara
dibawah kandang tetap lancar
|
|
|
|
|
|
Saya membangun kandang panggung dan terbuka (open house) karena biayanya murah
|
|
|
|
|
|
Saya membangun kandang panggung dan terbuka (open house) bebas dari ancaman
binatang buas
|
|
|
|
|
|
Saya membangun kandang panggung dan terbuka (open house) agar lantai kandang bisa
tetap kering
|
|
|
|
|
|
kandang panggung dan terbuka (open house)tidak membutuhkan kipas jika ayam kepanasan
|
|
|
|
|
|
kandang panggung dan terbuka (open house) lebih mudah dalam pengaturan suhu kandang
|
|
|
|
|
|
Suhu kandang merupakan hal utama yang
mempengaruhi produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Kualitas bibit merupakan hal utama yang
menentukan hasil produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Pernyataan
|
Sangat
setuju
|
Setuju
|
Netral
|
Tidak
setuju
|
Sangat
tidak setuju
|
Manajemen pemeliharaan merupakan hal utama yang
menetukan hasil produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Bangunan kandang lebih berpengaruh terhadap
produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Jika ayam kepanasan saya menggunakan kipas untuk
penanggulangannya
|
|
|
|
|
|
Jika ayam kedinginan saya selalu menutup tirai
kandang
|
|
|
|
|
|
Tingkat kematian ayam lebih tinggi disaat musim
hujan daripada musim kemarau
|
|
|
|
|
|
Produksi ayam lebih besar dimusim hujan daripada
musim kemarau
|
|
|
|
|
|
Penyakit ayam lebih banyak dimusim hujan daripada
musim kemarau
|
|
|
|
|
|
Bentuk bangunan kandang tidak menjadi tolak ukur
dalam keberhasilan peternakan broiler
|
|
|
|
|
|
Suhu sangat berpengaruh terhadap produksi dan
tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Manajemen pemeliharaan merupakan hal yang
berpengaruh terhadap produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Suhu dan manajemen pemeliharaan tidak begitu
berpengaruh terhadap produksi dan tingkat kematian broiler
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar