PENGARUH SUHU
TERHADAP PRODUKSI DAN TINGKAT KEMATIAN (Mortalitas)
BROILER DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
(Studi Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan
Kecamatan Guguk)
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
YOGI SEPTRIALDO,
A.Md
1111 3360 11
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PRODUKSI PERTANIAN
PPGT KOLABORATIF
JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK
PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
2012
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sub
sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor
ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap
pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub
sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek
yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan
yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan
produk-produk yang dapat bersaing dipasaran.
Sub sektor peternakan adalah penghasil utama komoditi daging, susu, dan
telur. Tiga komoditi ini menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan
khususnya di Indonesia.
Sejak
dahulu hewan ternak adalah sahabat manusia, kedekatan hubungan manusia dengan
hewan ternak tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Dari hewan-hewan ternak itulah manusia dapat bertahan hidup, sementara manusia
berjasa mengembang biakkan hewan ternak.
Dari hewan ternak manusia dapat mengambil aneka manfaat berupa daging,
telur, susu, kulit dll, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk bertahan
hidup, daging bermanfaat sebagai salah satu makanan bergizi yang mengandung
protein hewani yang bermanfaat bagi metabolisme tubuh, selain itu lemaknya juga
sangat bermanfaat.
Saat ini budidaya ayam broiler semakin digemari
karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan
sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya . Salah
satu sentra pembudidayaan ayam broiler di Indonesia adalah Kabupaten Lima Puluh
Kota. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skalapeternakan
kecil atau peternakan rakyat.
Sejak
tahun 70-an ayam ras pedaging atau banyak dikenal sebagai ayam broiler mulai
diternakkan secara intensif di Indonesia.
Ayam unggulan hasil persilangan berbagai bangsa ayam ini mendapat respon
pasar yang luar biasa, tingkat konsumsinya terus meningkat dari tahun
ketahun. Kondisi ini memunculkan
peternak-peternak broiler baru di berbagai daerah di Indonesia, sekarang ini
peternakan broiler hampir ada di setiap provinsi di dalam negeri.
Mengimbangi
tingginya permintaan, berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas ayam
broiler. Dilihat dari tahun ketahun
terus terjadi peningkatan peforma broiler, artinya waktu yang dibutuhkan
broiler untuk meningkatkan bobotnya semakin singkat (Christopher, 2011).
Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil
apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha
ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai
dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran.
Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik
untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan usahanya. Pengelolaan usaha ternak khususnya ayam broiler selalu
dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan
pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat
memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen yang diterapkan oleh peternak
haruslah efektif agar tujuan peternakan dapat tercapai.
Beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan
ayam broiler di Kabupaten Lima Puluh Kota menghadapi tingkat risiko produksi
yang cukup tinggi antara lain sumberdaya manusia, faktor alam (suhu), input
produksi, dan prosedur pelaksanaan kegiatan operasional. Akumulasi dari
beberapa faktor penyebab resiko tersebut terlihat dari berfluktuasinya tingkat
mortalitas ayam pada peternakan tersebut.
Prestasi ayam broiler dapat dicapai berdasarkan dua
faktor, yaitu: faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan bahan dasar ternak hasil
dari keturunan yang baik sedangkan lingkungan menurut Pringgoseputro dan
Srigandono (1990), berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan
fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkandangan dan
reproduksi organisme. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan dimana menurut
Brotowijoyo (1987) merupakan kondisi lingkungan yang tersusun dari temperatur,
presipitasi, tekanan barometer, kelembaban, arah dan kecepatan angin, awan yang
menutupi, dan sebagainya pada waktu dan tempat tertentu.
Pertambahan
bobot badan ayam dan
mortalitas lebih berkorelasi dengan suhu. Semakin tinggi suhu udara
maka pertambahan
bobot ayam akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan suhu udara yang tinggi dapat mengganggu
proses metabolisme di dalam tubuh broiler tersebut, yang menyebabkan kegagalan pengaturan suhu tubuhnya, maka tubuh broiler
akan menjadi panas. Akibat meningkatnya
suhu lingkungan, nafsu makan menurun dan konversi pakan
kurang baik, sehingga konsumsi pakan rendah.
Akibat rendahnya makanan yang masuk (intake),
maka kandungan zat protein yang dapat dimanfaatkanpun akan semakin rendah,
sehingga menyebabkan laju pertumbuhan terhambat dan bisa menyebabkan kematian
(Murtidjo, 1987).
Meningkatnya suhu merupakan beban biologis bagi broiler, karena
broiler tidak memiliki kelenjar keringat, akibatnya timbunan panas di dalam
tubuh hanya bisa dikurangi dengan suatu penguapan lewat pernapasan. Hal ini bisa diamati pada tingkah laku
broiler tersebut. Broiler yang tubuhnya
terlalu panas, secara biologis akan menetralkan suhu tubuh dengan jalan membuka
mulutnya terus menerus. Efek panas dapat dilihat dari keadaan mangap-mangap
pada broiler dan selalu ingin minum. Pengaruh
lanjutannya adalah lantai litter yang selalu basah dan suasana lembab di dalam
kandang yang mengakibatkan tingginya kadar amoniak udara dalam kandang, dan juga merupakan media tumbuhnya bibit penyakit ( Rasyaf, 2007).
Pengaruh
suhu yang tidak baik pada ternak akan mengakibatkan perubahan status
fisiologis, yang disebut stress atau cekaman.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Suhu
Terhadap Produksi Dan Mortalitas Broiler Di Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi
Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)”
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data produksi peternakan, resiko
produksi merupakan risiko yang berpengaruh signifikan bagi peternak. Akan
tetapi penanganan untuk risiko produksi masih jauh dari sempurna, hal ini
terlihat dari fluktuasi produktifitas yang cukup signifikan. Perubahan suhu yang tidak menentu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu
udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab.
Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar
karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi
seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan stress yang bisa mencapai kematian
dengan tingkat mortilitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk
pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar 180-210C (Rasyaf
2007).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah–masalah
sebagai berikut :
1.
Berapa besar pengaruh suhu terhadap produksi
dan tingkat kematian (mortalitas)
broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?
2.
Bagaimana alternatif strategi yang
diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan
Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengidentifikasi besarnya pengaruh suhu
terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas)
broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
2.
Menganalisis alternatif strategi yang
diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan
Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
I.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peternak
Dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran
kepada peternak sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi jalannya usaha
atau mengembangkan usaha peternakan.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan
dan salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Diploma IV di Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai
salah satu pedoman untuk memperluas informasi dan referensi dalam melakukan
penelitian.
I.5. Hipotesis
Penelitian
Perbedaan suhu berpengaruh terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas) ayam broiler dan perubahan
suhu tidak berpengaruh terhadap produksi dan mortalitas ayam broiler.