Senin, 08 Oktober 2012

PENGARUH SUHU TERHADAP PRODUKSI DAN TINGKAT KEMATIAN (Mortalitas) BROILER DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA (Studi Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)


PENGARUH SUHU TERHADAP PRODUKSI DAN TINGKAT KEMATIAN (Mortalitas) BROILER DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
(Studi Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)


PROPOSAL TUGAS AKHIR

YOGI SEPTRIALDO, A.Md
1111 3360 11





UNAND~C




PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
PPGT KOLABORATIF
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
2012

BAB I.  PENDAHULUAN
I.1.  Latar Belakang
            Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia.  Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing dipasaran.  Sub sektor peternakan adalah penghasil utama komoditi daging, susu, dan telur. Tiga komoditi ini menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan khususnya di Indonesia.
Sejak dahulu hewan ternak adalah sahabat manusia, kedekatan hubungan manusia dengan hewan  ternak  tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang. Dari hewan-hewan ternak itulah manusia dapat bertahan hidup, sementara manusia berjasa mengembang biakkan hewan ternak.  Dari hewan ternak manusia dapat mengambil aneka manfaat berupa daging, telur, susu, kulit dll, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk bertahan hidup, daging bermanfaat sebagai salah satu makanan bergizi yang mengandung protein hewani yang bermanfaat bagi metabolisme tubuh, selain itu lemaknya juga sangat bermanfaat.
Saat ini budidaya ayam broiler semakin digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya . Salah satu sentra pembudidayaan ayam broiler di Indonesia adalah Kabupaten Lima Puluh Kota. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skalapeternakan kecil atau peternakan rakyat.
Sejak tahun 70-an ayam ras pedaging atau banyak dikenal sebagai ayam broiler mulai diternakkan secara intensif di Indonesia.  Ayam unggulan hasil persilangan berbagai bangsa ayam ini mendapat respon pasar yang luar biasa, tingkat konsumsinya terus meningkat dari tahun ketahun.  Kondisi ini memunculkan peternak-peternak broiler baru di berbagai daerah di Indonesia, sekarang ini peternakan broiler hampir ada di setiap provinsi di dalam negeri.
Mengimbangi tingginya permintaan, berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kualitas ayam broiler.  Dilihat dari tahun ketahun terus terjadi peningkatan peforma broiler, artinya waktu yang dibutuhkan broiler untuk meningkatkan bobotnya semakin singkat (Christopher, 2011).
Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, dan manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Pengelolaan usaha ternak khususnya ayam broiler selalu dihadapkan pada risiko, karena itu pelaku bisnis ini harus disertai dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak.  Manajemen yang diterapkan oleh peternak haruslah efektif agar tujuan peternakan dapat tercapai.
Beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam broiler di Kabupaten Lima Puluh Kota menghadapi tingkat risiko produksi yang cukup tinggi antara lain sumberdaya manusia, faktor alam (suhu), input produksi, dan prosedur pelaksanaan kegiatan operasional. Akumulasi dari beberapa faktor penyebab resiko tersebut terlihat dari berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam pada peternakan tersebut.
Prestasi ayam broiler dapat dicapai berdasarkan dua faktor, yaitu: faktor genetik dan faktor lingkungan.  Faktor genetik merupakan bahan dasar ternak hasil dari keturunan yang baik sedangkan lingkungan menurut Pringgoseputro dan Srigandono (1990), berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkandangan dan reproduksi organisme. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan dimana menurut Brotowijoyo (1987) merupakan kondisi lingkungan yang tersusun dari temperatur, presipitasi, tekanan barometer, kelembaban, arah dan kecepatan angin, awan yang menutupi, dan sebagainya pada waktu dan tempat tertentu.
Pertambahan bobot badan ayam dan mortalitas lebih berkorelasi dengan suhu. Semakin tinggi suhu udara maka pertambahan bobot ayam akan semakin rendah. Hal ini disebabkan suhu udara yang tinggi dapat mengganggu proses metabolisme di dalam tubuh broiler tersebut, yang menyebabkan kegagalan pengaturan suhu tubuhnya, maka tubuh broiler akan menjadi panas.  Akibat meningkatnya suhu lingkungan, nafsu makan menurun dan konversi pakan kurang baik, sehingga konsumsi pakan rendah.  Akibat rendahnya makanan yang masuk (intake), maka kandungan zat protein yang dapat dimanfaatkanpun akan semakin rendah, sehingga menyebabkan laju pertumbuhan terhambat dan bisa menyebabkan kematian (Murtidjo, 1987).
Meningkatnya suhu merupakan beban biologis bagi broiler, karena broiler tidak memiliki kelenjar keringat, akibatnya timbunan panas di dalam tubuh hanya bisa dikurangi dengan suatu penguapan lewat pernapasan.  Hal ini bisa diamati pada tingkah laku broiler tersebut.  Broiler yang tubuhnya terlalu panas, secara biologis akan menetralkan suhu tubuh dengan jalan membuka mulutnya terus menerus.  Efek panas dapat dilihat dari keadaan mangap-mangap pada broiler dan selalu ingin minum.  Pengaruh lanjutannya adalah lantai litter yang selalu basah dan suasana lembab di dalam kandang yang mengakibatkan tingginya kadar amoniak udara dalam kandang, dan juga merupakan media tumbuhnya bibit penyakit ( Rasyaf, 2007).  Pengaruh suhu yang tidak baik pada ternak akan mengakibatkan perubahan status fisiologis, yang disebut stress atau cekaman.  
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul penelitianPengaruh Suhu Terhadap Produksi Dan Mortalitas Broiler Di Kabupaten Lima Puluh Kota (Studi Kasus Di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Guguk)”

I.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan data produksi peternakan, resiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh signifikan bagi peternak. Akan tetapi penanganan untuk risiko produksi masih jauh dari sempurna, hal ini terlihat dari fluktuasi produktifitas yang cukup signifikan.  Perubahan suhu yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan stress yang bisa mencapai kematian dengan tingkat mortilitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar 180-210C (Rasyaf 2007).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah–masalah sebagai berikut :
1.                  Berapa besar pengaruh suhu terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas) broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?
2.                  Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk?

I.3.  Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk:
1.                  Mengidentifikasi besarnya pengaruh suhu terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas) broiler di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
2.                  Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi perubahan suhu yang dihadapi peternak di Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan kecamatan Guguk.
I.4.  Manfaat Penelitian
1.  Bagi Peternak
Dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran kepada peternak sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi jalannya usaha atau mengembangkan usaha peternakan.
2.  Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dan salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Diploma IV di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
3.  Bagi Peneliti Selanjutnya
            Sebagai salah satu pedoman untuk memperluas informasi dan referensi dalam melakukan penelitian.

I.5.  Hipotesis Penelitian
Perbedaan suhu berpengaruh terhadap produksi dan tingkat kematian (mortalitas) ayam broiler dan perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap produksi dan mortalitas ayam broiler.